"Kalau lagu cinta kan kami udah biasa. Pastinya tetap akan kita bikin. Tapi, kami kan sudah 20 tahun bermusik, namun belum ada lagu kebangsaan yang kami buat. Jadi, ini merupakan persembahan kami terhadap Indonesia, terlepas komersil atau tidaknya, itu urusan belakangan," ucap Heiydi Ibrahim, sang vokalis saat ditemui di KL Cafe, jalan Jaksa, Jakarta Pusat (4/7).
[Info untuk Anda: "Semua berita KapanLagi.com bisa dibuka di ponsel. Pastikan layanan GPRS atau 3G Anda sudah aktif, lalu buka mobile internet browser Anda, masukkan alamat: m.kapanlagi.com"]
Ditambahkan Anwar Fatahillah, basis sekaligus penulis lirik lagu Indonesia, dirinya terinspirasi dari berbagai peristiwa yang mendera bangsa, serta keprihatinan para Slavers (fans Power Slaves) terhadap berbagai pemberitaan di media tentang kinerja pemerintah dan DPR sampai kisruh PSSI.
"Banyak hal yang kami tangkap, dan sebagai musisi, kami mencoba untuk menerjemahkan itu dalam sebuah karya musik. Di sini kami menyuarakan untuk terus bersatu seperti tujuan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia," lanjut Anwar.
Senada dengan sang basis, Heydi pun menambahkan kalau semangat cinta tanah air adalah nyawa dari lagu ini. Karena bukan hal pesimis yang ditekankan, melainkan sebuah optimisme agar Indonesia terus maju.
"Siapapun presidennya, siapapun yang berkuasa, siapapun yang berdemonstrasi atau yang mendukung, bagi kami Indonesia akan tetap menjadi anugerah. Dan apapun yang terjadi, kita masih bisa untuk terus maju," pungkas Heydi. (kpl/ato/faj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dukung kontes seo Top 1 oli sintetik mobil-motor indonesia