"Menurut saya twitter itu lebih kejam daripada saya harus ke Dewan Pers. Nanti wartawan dipanggil, diselesaikan, minta maaf, terus diulangi lagi. Menurut saya sanksi dari Dewan Pers belum cukup kuat," ungkap di acara Dahsyat, di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (09/09/2011).
"Banyak yang lihat di twitter jadi wartawannya yang baca itu akan merasa terhina," tegasnya.
Tanpa menyebut nama tabloid yang dimaksud Ahmad Dhani menyampaikan kekesalannya melalui akun twitter, dengan menyebut media tersebut sebagai media gebleq (gila), serta menyebut sang wartawan dimaksud sebagai pencuri. Dhani kesal dengan ulah wartawan dan media tersebut, karena menampilkan keponakannya dengan keterangan 'Bayi Misterius'.
Dhani yang sebelumnya juga pernah berurusan dengan wartawan infotainment itu merasa tidak perlu lagi mensomasi media dimaksud. Dia juga meragukan 'wartawan maling' itu sebagai seorang wartawan, yang terdaftar di PWI (Persatuan Wartawan Indonesia).
"Saya cenderung tidak banyak bicara karena memang saya bingung apakah wartawan tabloid adalah wartawan, karena PWI juga tidak semuanya mengakui bahwa mereka adalah wartawan. Apakah yang foto itu punya kartu PWI atau nggak, kalau yang punya kartu PWI itu nggak mungkin ambil foto itu, kalau paparazi mungkin nggak apa-apa. Kalau wartawan kayaknya nggak akan melakukan seperti itu, kalau paparazi kan bukan wartawan," urainya. (kpl/hen/dar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dukung kontes seo Top 1 oli sintetik mobil-motor indonesia